UNS – Program Studi (Prodi) S-2 Arsitektur Pascasarjana Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta mengadakan diskusi daring dengan tajuk pergeseran fokus pengetahuan arsitektur pascapandemi Covid-19. Kegiatan tersebut berlangsung pada Selasa (29/9/2020) melalui aplikasi Zoom Meeting dan siaran langsung kanal Youtube. Dalam diskusi yang dipandu oleh Dr. Eng. Kusumaningdyah Nurul H ini menghadirkan 2 pembicara yaitu Prof. Yandi Andri Yatmo dan Dr. Yosafat Winarto.
Prof. Yandi memaparkan bahwa basis pengembangan pengetahuan arsitektur masa depan setelah Covid-19 mencakup pada beberapa aspek. “Kalau kita bicara tentang fokus kesehatan, beberapa tahun yang lalu kita sangat concern terhadap lingkungan, tradisi, kekayaan alam terkait arsitektur. Desain arsitektur untuk saya menjadi arsitektur untuk kita, artinya memperhatikan ekologi secara keseluruhan sebagai suatu ekosistem. Kalau kita mendesain untuk air maka kita akan menjadi lebih baik, kalau kita mendesain untuk kunang-kunang maka artinya lingkungan kita akan lebih bersih,” papar Prof. Yandi.
Yandi mengatakan bahwa mau tidak mau masyarakat akan dipaksa untuk memindahkan pengetahuan tersebut pada internet of things. “Pendekatan desain lebih baik berbasis data driven architecture. Jadi kita harus bisa membaca seperti orang membaca kurva saham, kapan performa akan datang. Ruang arsitektur dibaca seperti itu, datanya akan mengarah ke mana,” jelas Prof. Yandi.
Beberapa kemungkinan perubahan dalam mendesain arsitektur dan kota antara lain mulai dari ruang lingkup, perubahan sistem dalam kota, adaptasi bangunan. “Contoh kota mengecil karena sebagian ruang-ruang worknya pindah ke luar kota. Ada juga perubahan sistem transportasi, layanan publik, perubahan tipe kegiatan berupa cara hidup, bekerja dan sebagainya. Lalu adaptasi bangunan berupa inside out dan adaptive reuse,” jabarnya.
Sementara itu, pembicara berikutnya yaitu Yosafat Winarto menyampaikan bahwa tidak ada yang permanen kecuali perubahan itu sendiri. “Saya ambil contoh rumah Nias yang di sana banyak data apabila disusun menjadi sistem informasi yang dapat membangun sebuah pengetahuan. Metodenya bisa dengan mengamati, melihat, trial and error dan sebagainya,” terang Yosafat.
Kata kunci dalam menghadapi perubahan yang saat ini sedang terjadi yaitu adaptasi dan inovasi. “Pandemi memfokuskan posisi pengetahuan dan keilmuan arsitektur pada sisi humanisme. Bagaimana pengetahuan dan ilmu pengetahuan arsitektur berperan penting untuk memecahkan masalah pandemi, lingkungan dan meningkatkan kualitas kehidupan manusia di masa yang akan datang. Peneliti, praktisi, maupun akademisi bidang arsitektur harus ikut terlibat dalam upaya adaptasi dan inovasi terhadap tata kehidupan baru,” imbuhnya.
Diskusi tersebut diikuti dengan antusias oleh peserta, hal tersebut terlihat dari antusiasme peserta saat mengajukan pertanyaan. Salah seorang peserta, Eddy Suyono menanyakan perihal sikap atau cara pandang dalam perencanaan arsitektur yang menjadi tegak lurus dengan revolusi society. Pertanyaan tersebut langsung dijawab oleh Prof. Yandi, Ia menjelaskan bahwa dunia ini merupakan big machine, pengetahuan mengenai interiority, teknologi membantu manusia untuk melakukan pekerjaan.
“Hubungan antara satu hal dengan hal lainnya berupa ekologis menjadi sesuatu yang penting di dalamnya. Pengetahuan arsitektur yang masuk ke dunia digital atau komputer mengajarkan kita untuk mempermudah pekerjaan. Jadi, mesin learning membantu menjawab bagaimana cara big data itu masuk ke bagian dari input arsitektur,” jawab Yosafat.
Sumber : uns.ac.id